#

Resolusi Jihad dan Hari Pahlawan

10 November 2022

Hari Pahlawan yang diperingati setiap  tanggal  10 November adalah penghormatan bangsa Indonesia terhadap perjuangan rakyat Surabaya dan sekitarnya ketika melawan sekutu yang berupaya membantu Belanda menjajah Indonesia . 
Perang yang berlangsung selama 2 Minggu mulai dari 27 Oktober sampai 10 November 1945 sungguh luar biasa. Dikutip dari Indonesia Heritage pasukan RI berkekuatan 
20.000 pasukan bekas Peta , Heiho ,KNIl dan di dukung 150.000 Laskar Rakyat yang di pelopori kaum santri. Sedangkan pihak Sekutu yang berjumlah 30.000 orang yang mayoritas pasukan Inggris dengan perlengkapan lengkap dan modern dari darat, laut dan udara. Jumlah korban tercatat -+ 16.000 meninggal , 20.000 luka - luka di pihak Indonesia. Sedangkan di pihak sekutu 2.000 meninggal serta 210 luka - luka termasuk Jendral Mallaby.

Dahsyat pertempuran Surabaya ini terekam "Orang Indonesia di Surabaya tidak menghiraukan kematiannya. Jika seorang laki-laki jatuh tertembak, 100 orang lainnya datang maju. Maju terus menyerang. Senjata berbicara tidak putus-putusnya. Kematian telah bertumpuk-tumpuk dan di atasnya barikade berbentuk kuda-kuda. Tetapi orang Indonesia makin bertambah banyak berdatangan, melangkahi para pemuda yang tewas bergelimpangan di depannya," kata Kolonel Doulton komandan Sekutu. Tentara Inggris menjuluki Neraka Surabaya, untuk menggambarkan betapa dahsyatnya pertempuran tidak berimbang tersebut.

Sebenarnya apa yang menyebabkan rakyat Surabaya dan sekitarnya begitu semangat dan tidak takut mati dalam mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsa, jika kita rutut kebelakang tidak akan lepas dari Resolusi Jihad yang di keluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari atau yang biasa dikenal Mbah Hasyim dan para ulama pada tanggal 22 Oktober 1945. 

Berawal dari kegelisahan Bung Karno di awal September melihat pergerakan Sekutu yang di ketahui akan membantu Belanda memperoleh kekuasaan kembali di Indonesia. 

Kemudian beliau mengirim utusan menghadap Mbah Hasyim di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Bung Karno meminta fatwa syariat, apa hukum membela Tanah Air? Bagi Bung Karno, hukum membela Allah, membela Islam, dan membela Al-Qur’an sudah jelas. Tapi membela Tanah Air, belum jelas benar hukumnya bagi Bung Karno.

Mendengar pertanyaan demikian dari para utusan yang datang, Mbah Hasyim langsung mengerti apa maksud Bung Karno. Di balik pertanyaan itu, Bung Karno sebagai presiden bermaksud meminta tolong Mbah Hasyim meyakinkan para ulama dan kalangan pesantren untuk berjihad dengan turut serta terjun ke medan laga, bertempur melawan tentara penjajah Inggris dan Belanda.

Mbah Hasyim langsung bertindak. Dibantu Kyai Wahab Hasbullah dan Kyai Bisri Syansuri, dia mengundang para ulama se-Jawa dan Madura untuk berkumpul di di kantor PB Ansor Nahdlatul Oelama (ANO) di Jalan Bubutan VI/2, Surabaya. Namun, menurut Anam, baru pada tanggal 21 0ktober para kyai  dapat berkumpul di sana. Karena utusan Kyai dan ulama dari Jawa Barat belum datang ,maka sidang ulama di undur hingga tanggal 22 Oktober 1945. Kelak Presiden Jokowi menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri sebagai penghormatan terhadap peran ulama dan santri.
.
Besarnya pengaruh Resolusi Jihad tersebut menyebabkan ratusan ribu rakyat Surabaya yang pelopori para santri kemudian terjun dengan gagah berani dan tidak takut mati menghadapi pasukan sekutu. 
.
"Warisi apinya ,jangan abunya" pesan Bung Karno untuk mengenang para pahlawan. Oleh karena itu wajib bagi kaum Nadliyin untuk mewarisi semangat jihad  Mbah Hasyim , nasionalis Bung Karno dan keberanian Arek - Arek Surabaya. Dan menjadikan mereka teladan bagi pembangunan. Selamat Hari Pahlawan "Pahlawanku Teladanku". ( Slamet Surachmat, Mahasiswa KPI Semester V )